Jumat, 18 Maret 2011

HUBUNGAN ANTARA KADAR SEKAM DAN KANDUNGAN NUTRISI PADA BAHAN DEDAK PADI

Pendahuluan
Salah satu bahan lokal penyusun ransum ternak sumber energi adalah dedak padi. Hampir setiap produsen pakan dari segala jenis ternak menggunakan dedak padi dalam formula ransumnya. Dedak padi merupakan hasil ikutan proses penggilingan padi menjadi beras sehingga ketersediaannya berfluktuasi sepanjang tahun sesuai dengan musim panen padi. Pada musim panen padi jumlahnya melimpah dan harganya relatif murah, sebaliknya pada musim yang lain seperti musim hujan jumlahya berkurang dan harganya tinggi.
Indonesia sebagai salah satu negara penghasil gabah, memiliki potensi sebagai penghasil dedak terbesar ketiga di dunia. Potensi ketersediaan ini dapat menjadikan dedak sebagai bahan pakan lokal yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Namun saat ini dedak padi masih memiliki permasalahan dalam hal bervariasinya kualitas kandungan nutriennya yang dapat disebabkan oleh adanya kontaminan yang disebabkan oleh kesalahan pengolahan pasca panen atau karena adanya unsur pencampuran / pemalsuan dengan bahan – bahan pencampur yang mempunyai sifat anti nutritif bagi ternak. Disisi lain bahan pakan yang digunakan dalam ransum ternak harus terjamin kualitasnya karena dapat menentukan kualitas ransum. Jika kualitas bahan pakan yang digunakan tidak baik maka kandungan nutrisi ransum tidak akan sesuai dengan yang diharapkan. Kajian berikut dilakukan untuk mengetahui seberapa besar dampak adanya kandungan sekam pada dedak padi terhadap perubahan kandungan nutrisi dedak padi.
Bahan dan Metode
Kajian ini menggunakan bahan dedak padi halus dan sekam yang telah digiling halus. Kedua bahan tersebut dicampur dengan prosentase perbandingan bertingkat  0% - 100% campuran sekam pada dedak. Dedak dan sekam diperoleh dari satu jenis padi dan satu lokasi penggilingan di daerah Bekasi.
Tabel 1. Rasio antara Campuran Dedak dan Sekam
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Dedak (%)
100
95
90
85
80
75
70
65
60
55
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Sekam(%)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100

Dari percobaan ini diperoleh sebanyak 21 sampel.  Masing – masing campuran sampel tersebut, sejumlah 1 kilogram, dilakukan penentuan kualitas bahan. 


Hasil dan Pembahasan
Dari hasil pencampuran sekam di dalam dedak padi, setelah semua sampel dilakukan pengujian proksimat (kadar air, kadar protein kasar, kadar lemak kasar, kadar serat kasar, dan kadar abu), maka diperoleh hasil pengujian proksimat seperti pada Tabel 2. Secara keseluruhan menggambarkan bahwa semakin tinggi campuran sekam di dalam  bahan dedak padi, nilai kandungan nutrisi mengalami perubahan, diantaranya penurunan kandungan protein, peningkatan kadar abu dan serat kasar serta penurunan kadar lemak, kecuali pada kadar air, data hasil uji menunjukkan relatif stabil.
Tabel 2  Komposisi kimia dan uji fisik sampel standar  (n=21)
Campuran Sekam

Air

Abu

PK

LK

SK



(%)


0
11.59
8.7
12.37
16.28
10.48
5
11.27
9.6
12.34
15.65
10.54
10
11.71
10.1
11.64
14.46
12.33
15
11.28
10.6
11.49
13.89
13.56
20
11.62
11.2
10.78
13.8
17.28
25
11.75
11.7
10.32
12.41
17.34
30
11.51
12.3
9.55
11.08
19.79
35
11.82
13
9.1
11.96
21.52
40
11.31
13.2
8.63
10.6
23.75
45
11.16
13.5
8,51
10.26
25.26
50
11.28
13.9
7.84
9.16
26.84
55
10.39
14.4
7.4
8.36
28.68
60
10.25
15.1
6.81
7.38
30.51
65
11.2
15.4
6.48
7.44
32.26
70
9.98
16.4
5.39
6.02
33.6
75
11.11
16.8
5.09
5.14
35.23
80
9.45
17.4
4.54
4.56
35.69
85
9.4
17.6
3.63
2.28
37.89
90
10.56
18,5
3.25
1.79
40.42
95
9.36
19.1
2.76
1.54
41.61
100
10.37
19.6
2.22
0.36
43.7







1.     Keterangan : PK (protein kasar), LK (lemak kasar), SK (serat kasar)
2.     Hasil analisa di BPMPT berdasarkan as fed
Pada Tabel 2 dapat dilhat bahwa terdapat rasio perbandingan antara kadar abu : protein kasar : serat kasar. Apabila pada sampel dedak murni rasio antara kadar abu : protein kasar : serat kasar yaitu sebesar 8.7 : 12.37 : 10.48  atau sebesar 1 : 1.42 : 1.20. Sedangkan rasio antara kadar abu : protein kasar : serat kasar pada sekam yaitu sebesar 19.6 : 2.22 : 43.7 atau sebesar  1 : 0.11 : 2.23. Rasio ini kemungkinan akan bermanfaat pada teknik estimasi penentuan kandungan sekam pada dedak padi.

3.        
4.        
5.        
6.        
7.        
8.        
9.        
10.    

Gambar 1  Interaksi antara prosentase sekam dan kandungan proksimat dedak padi
Apabila dari hasil pengujian proksimat pada Tabel 2 digambarkan dengan grafik linearitas, dapat dilihat bahwa kadar abu dan serat kasar mempunyai hubungan yang positif dengan  kandungan sekam  sedangkan kadar protein kasar dan lemak  kasar  mempunyai  hubungan yang negatif dengan penambahan kadar sekam (Gambar 1).
Apabila kita sandingkan dengan Standar Persyaratan Mutu minimal bahan dedak padi sebagai bahan pakan sesuai dengan SNI nomor 01-3178-1996 yaitu untuk kualitas III (paling jelek) sebagai berikut : Kadar air : maks 12%, kadar protein kasar minimal 8%, kadar serat kasar maksimal 16%,  kadar lemak maksimal 20% dan  kadar abu maksimal 15%. Sehingga seharusnya dedak padi yang masih dapat diterima kandungan nutrisinya sesuai dengan syarat mutu adalah dedak dengan kandungan maksimum sekam adalah sebanyak 15 - 20%.
Kesimpulan
Dari hasil kajian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1.    Semakin tinggi kadar sekam pada dedak padi akan mempengaruhi kandungan nutrisi terutama pada meningkatnya kadar abu dan serat kasar dan akan menurunkan kadar protein kasar dan lemak kasar, sedangkan pada kadar air tidak ada perubahan yang signifikan.
2.    Dedak padi yang dapat diterima sebagai bahan pakan sesuai dengan persyaratan minimal SNI adalah dedak padi dengan kisaran campuran sekam antara 15-20%.
Dengan demikian harus terus dikembangkan kajian terhadap pemeriksaan dan pengujian kandungan sekam di dalam dedak padi, karena sampai dengan saat ini bahan pakan dedak padi secara luas digunakan oleh masyarakat luas sebagai campuran utama baik pada pakan unggas maupun ruminansia, hal yang harus diperhatikan yaitu  apabila peternak mendapatkan dedak yang tercampur atau sengaja dicampur sekam  oleh pedagang dedak tentunya akan merugikan peternak .
@hw_2011

Rabu, 09 Maret 2011

Animal Feed Quality Assurance (Jaminan Mutu Pakan Ternak)



Oleh : Andri Hanindyo

Pendahuluan

Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk pada negara berkembang telah menjadi permasalahan tersendiri, namun di sisi lain ada tantangan yang harus dijawab yaitu bagaimana memenuhi kebutuhan protein hewani sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Pemenuhan kebutuhan protein hewani adalah dengan cara mengintensifkan budidaya peternakan.

Di dalam budidaya peternakan terdapat aspek-aspek yang dapat mendukung suksesnya budidaya peternakan yaitu bibit, pakan, kesehatan hewan, dan sumberdaya  manusia. Faktor pakan merupakan faktor terpenting karena 70% dari keseluruhan biaya produksi adalah berasal dari biaya untuk pakan. Selain karena dari komponen biaya, pakan menjadi penting karena apa yang dimakan oleh ternak akan menjadi gambaran tentang apa yang akan dihasilkan oleh ternak, oleh karena itu saat ini di negara-negara maju telah banyak didengungkan slogan tentang keamanan pakan adalah bagian dari keamanan pangan, karena pakan telah menjadi salah satu mata rantai awal dari keseluruhan mata rantai makanan.

Efisiensi penggunaan  pakan pada ternak dan pembangunan sektor indutri pakan di sebuah negara tergantung dari kualitas pakan. Kualitas pakan tergantung dari kualitas bahan penyusun pakan yaitu kualitas bahan pakan seperti serealia, hasil samping produk sereal, minyak, bahan asal ikan, hasil samping pertanian.

Permasalahan yang dihadapi dalam  industri pakan adalah beragamnya bahan pakan yang digunakan dalam produk pakan, dengan beragamnya bahan pakan  maka kualitas bahan pakan harus di awasi satu persatu agar pakan yang dihasilkan sesuai standar. Permasalahan lain di banyak negara berkembang dalam hal bahan pakan adalah banyaknya pemalsuan bahan pakan dengan tujuan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari yang seharusnya didapatkan.

Permasalahan turunnya kualitas pakan tidak selalu berasal dari bahan  pakan yang tidak baik, namun juga dapat berasal dari cara pengolahan bahan pakan dan penyimpanan yang tidak sesuai dengan seharusnya, misalnya pemanasan bahan pakan seperti bungkil kacang kedelai apabila berlebihan akan menyebabkan kualitas nutrisi bahan turun atau seperti adanya proses penguapan pada bekatul akan meningkatkan kadar air dan ketengikan. Selain itu dengan adanya deteriorisasi selama proses pembuatan pakan akan menyebabkan turunnya kualitas nutrisi pakan jadi.

Dengan perkembangan dan permasalahan pakan yang demikian, adalah menjadi wajar bahwa saat ini kualitas dan keamanan pakan merupakan hal yang harus diperhatikan dalam rangka memajukan industri peternakan dan kesehatan serta kesejahteraan manusia.

Jaminan  Mutu Pakan Ternak

Jaminan Mutu Pakan Ternak dapat digambarkan di dalam skema sebagai berikut :
























Gambar 1. Skema Jaminan Mutu Pakan Ternak

Jaminan Mutu Pakan Ternak di mulai dari rantai pertama yaitu adanya jaminan bahwa bahan pakan yang produksi oleh produsen bahan pakan atau bahan pakan yang diimpor oleh importir bahan pakan adalah bahan pakan yang berkualitas baik dan aman bagi ternak. Untuk menjamin hal tersebut tentunya harus dilakukan pengawasan dan pengujian mutu bahan pakan apakah sesuai dengan standar atau tidak.

Rantai jaminan mutu pakan yang kedua adalah di tingkat produsen pakan. Produsen pakan bertanggung jawab atas penyimpanan bahan pakan, proses pembuatan pakan, proses pengemasan dan distribusi pakan. Untuk menjamin hal tersebut di atas, produsen pakan harus menerapkan suatu sistem manajemen mutu apakah mengacu kepada Good Manufacturing Practice Pakan Ternak atau mengacu kepada standar sistem manajemen mutu internasional seperti ISO 9001-2008 atau HACCP pakan ternak.

Rantai jaminan mutu pakan yang ketiga adalah di tingkat agen, distributor, dan pengecer pakan ternak, pada tingkat ini pelaku usaha perdagangan pakan harus menjaga bahwa pakan yang disimpan atau dijual kepada masyarakat masih dalam kondisi yang baik dan aman untuk dikonsumsi ternak, salah satu titik kritis pada tingkat ini adalah proses penyimpanan pakan dan adanya pengemasan ulang pakan. Pada penyimpanan pakan di gudang harus menerapkan sistem FIFO (first in firs out). Pada pelaku usaha tertentu kadang dilakukan usaha mengemas ulang pakan dengan kemasan yang lebih kecil, pada proses ini harus dipastikan bahwa pakan yang dikemas ulang tidak mengalami penurunan kualitas dan pencemaran silang.

Rantai jaminan mutu pakan yang terakhir adalah pada tingkat peternak, pada tingkatan ini peternak harus menerapkan Good farming practice dan Good Animal Feeding Practice sehingga menjamin bahwa pakan yang diberikan kepada ternak masih dalam kondisi yang baik, penyimpanan pakan di peternak saat ini juga harus mendapatkan pembinaan dari petugas.

Peran Pemerintah melalui petugas pengawas mutu pakan, adalah mengawasi keseluruhan rantai jaminan mutu pakan dengan cara melakukan kesesuaian dengan melakukan pengambilan sampel pada seluruh tingkatan rantai jaminan mutu pakan dan mengirimkan sampel tersebut ke Laboratorium Pengujian Mutu Pakan untuk dapat dinilai dan dilakukan evaluasi mutu pakan.

Peran laboratorium pengujian mutu pakan dalam menjamin mutu pakan  ternak adalah dengan melakukan pengujian mutu pakan sesuai dengan metode tertentu dan menilai apakah bahan pakan dan pakan tersebut sesuai dengan standar atau persyaratan yang telah ditetapkan.

Dari skema di atas menggambarkan bahwa Jaminan mutu pakan  memerlukan beberapa alat atau tool  yaitu  sebagai  softwarenya adalah standar atau persyaratan teknis minimal bahan pakan dan pakan serta peraturan pakan dan sebagai hardware nya adalah laboratorium pengujian pakan dan Jabatan Fungsional menjadi kunci yang akan menggunakan software dan hardware tersebut.

Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup lengkap dalam hal standar dan peraturan  pakan, dan saat ini telah memiliki laboratorium pengujian pakan nasional bertaraf  internasional dengan ditunjang oleh pejabat fungsional pengawas mutu pakan yang tersebar di seluruh daerah, dengan kondisi demikian Indonesia dapat menjadi negara yang menjamin bahwa  pakan yang diproduksi, diedarkan, dan digunakan oleh peternak adalah pakan yang aman dan berkualitas sehingga menjamin pula bahwa produk yang dihasilkan akan aman untuk dikonsumsi oleh rakyat Indonesia. 
@hw